Senin, 26 Desember 2011

NYERI SENDI-SENDI AKIBAT RHEMATIK

Penyakit rematik (rheumatoid arthritis) merupakan suatu penyakit di mana terjadi proses peradangan pada selaput bagian dalam kapsul pembungkus sendi, sehingga sendi membengkak dan terasa nyeri. Penyakit rematik merupakan salah satu penyebab nyeri sendi, khususnya sendi-sendi kecil di daerah pergelangan tangan dan jari-jari.

ISTILAH
penyakit rematik telah sedemikian populer di kalangan masyarakat awam, sehingga hampir semua keluhan nyeri sendi dianggap sebagai penyakit rematik. Penyebab lain yang sering dikaitkan dengan keluhan nyeri adalah asam urat. Pada kenyataannya, anggapan tersebut keliru, karena kedua penyakit tersebut, yaitu penyakit rematik dan asam urat, hanya menjadi penyebab sebagian kecil dari keluhan nyeri sendi yang banyak dialami oleh manusia selama hidupnya.

Penyebab terbanyak adalah pengapuran sendi atau osteoartritis (yang pernah dikupas oleh penulis di Harian Suara Merdeka pada tanggal 31 Juli 2008). Penyakit rematik berbeda dengan pengapuran sendi (osteoartritis) di mana pada pengapuran sendi terjadi penipisan lapisan tulang rawan sendi, sehingga ujung tulang pembentuk sendi saling bergesekan secara langsung tanpa lapisan tulang rawan dan terasa nyeri. Penyakit rematik cenderung mengenai sendi-sendi kecil di daerah jari-jari dan pergelangan tangan, meskipun adakalanya mengenai sendi siku, bahu, pergelangan kaki dan lutut. Sementara pengapuran sendi lebih banyak mengenai sendi besar seperti lutut dan pinggul. Selain itu, penyakit rematik hampir selalu menyerang sendi secara simetris (yaitu sisi kanan dan kiri) dan mengenai tiga atau lebih secara bersamaan. Pengapuran sendi pada umumnya hanya mengenai satu sendi saja, misalnya lutut tanpa disertai nyeri pada sendi yang lain.


Penyebab


Untuk memahami penyebab penyakit rematik, perlu diketahui bahwa tubuh manusia memiliki sistem pertahanan terhadap bakteri dan virus, yang dikenal sebagai antibodi. Antibodi beredar di dalam aliran darah dan dibentuk oleh sel-sel darah putih sebagai respon terhadap masuknya bakteri atau virus ke dalam tubuh manusia.

Pada orang normal, antibodi tersebut berfungsi membunuh bakteri dan virus yang menyebabkan infeksi. Pada orang yang menderita penyakit rematik, antibodi yang dibentuk oleh tubuh dengan tujuan membunuh bakteri dan virus tersebut justru secara keliru menyerang balik ke tubuh orang tersebut. Bagian tubuh yang diserang oleh antibodi tersebut adalah lapisan dalam kapsul pembungkus sendi, yang disebut lapisan sinovium.
Serangan antibodi tersebut menyebabkan lapisan sinovium meradang, sehingga sendi membengkak dan terasa nyeri. Peradangan sinovium menyebabkan produksi cairan sendi bertambah banyak sehingga membuat sendi bertambah bengkak dan nyeri.

Sampai sekarang tidak diketahui secara pasti mengapa pada orang yang menderita penyakit rematik antibodi justru salah sasaran mengenai tubuh sendiri. Serangan antibodi terhadap tubuh sendiri seperti yang terjadi pada penyakit rematik ini dapat diibaratkan seperti sebuah pemberontakan atau kudeta di sebuah negara. Tentara yang dibentuk untuk mempertahankan kedaulatan suatu negara justru berbalik menyerang negaranya sendiri.

Penyakit rematik dapat mengenai semua lapisan usia, mulai dari anak-anak sampai orang tua. Ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko seseorang untuk menderita penyakit rematik, yaitu: (1) wanita memiliki risiko 2-3 kali lebih besar dibanding laki-laki; (2) kelompok usia 40-60 tahun paling tinggi risikonya menderita penyakit rematik; (3) jika di dalam sebuah keluarga ada yang menderita penyakit ini. dan (4) merokok.


Gejala


Pada stadium awal, penyakit rematik biasanya mengenai sendi-sendi berukuran kecil di daerah pergelangan tangan dan jari-jari. Ada tiga sendi yang paling sering terserang, yaitu (1) sendi pangkal jari-jari tangan, (2) sendi buku-buku jari tangan bagian atas, dan (3) sendi pangkal jari-jari kaki. Pada stadium awal, jari-jari tersebut terasa kaku pada pagi hari sebagai akibat penumpukan cairan di dalam sendi karena peradangan lapisan sinovium. Setelah digerak-gerakkan, kekakuan sendi-sendi tersebut biasanya berkurang.

Selain kaku, sendi-sendi tersebut juga membengkak, terasa nyeri, hangat dan acapkali tampak kemerahan. Rasa nyeri dan kaku dapat sedemikian berat sehingga gerakan sendi terbatas dan sangat mengganggu aktivitas sehari-hari.

Tanpa pengobatan yang tepat, peradangan lapisan sinovium sendi yang terjadi selama bertahun-tahun dapat menyebabkan kerusakan permukaan tulang rawan sendi jari-jari tangan dan mengakibatkan cacat yang permanen. Jari-jari menjadi bengkok dan bergeser arahnya ke sisi jari kelingking.

Selain ketiga sendi tersebut, penyakit rematik juga dapat mengenai sendi pergelangan tangan, siku, bahu, lutut, pergelangan kaki, serta tulang leher dan rahang, meskipun lebih jarang dan berbeda-beda untuk setiap penderita.. Perlu diingat bahwa penyakit rematik tidak pernah hanya mengenai satu sendi saja, tetapi paling sedikit menyerang tiga sendi dalam waktu bersamaan. Nyeri sendi yang hanya dialami pada satu sendi saja tidak mungkin disebabkan oleh penyakit rematik.

Keluhan kaku, nyeri dan bengkak akibat penyakit rematik dapat berlangsung terus-menerus dan semakin lama semakin berat, tetapi adakalanya hanya berlangsung selama beberapa hari dan kemudian sembuh dengan pengobatan. Namun demikian, kebanyakan penyakit rematik berlangsung kronis, yaitu sembuh dan kambuh kembali secara berulang-ulang sehingga menyebabkan kerusakan sendi secara menetap. Keluhan kaku dan nyeri sendi pada penyakit rematik adakalanya disertai oleh perasaan mudah lelah.

Selain menyerang kapsul pembungkus sendi, pada sekitar 15% penderita, penyakit rematik juga dapat menyebabkan kelainan pada bagian tubuh lain, seperti kulit, mata dan paru-paru. Di daerah kulit siku dan tumit dapat terbentuk benjolan yang disebut sebagai nodul subkutan, pada paru-paru dapat terjadi fibrosis (pembentukan jaringan parut) yang dapat menganggu fungsi paru-paru, sementara kornea mata dapat mengalami peradangan yang disebut keratokonjungtivitis sika.

Menentukan seseorang menderita penyakit rematik bukan hal yang mudah, seperti memastikan penyakit pengapuran sendi yang dapat mudah terlihat jelas dengan foto Rontgen sendi yang terserang. Oleh karena itu, pada tahun 1987 American College of Rheumatology menetapkan kriteria sebagai pedoman diagnosis penyakit rematik sebagai berikut:
  1. Kekakuan di waktu pagi pada atau di sekitar sendi yang berlangsung satu jam atau lebih sebelum mengalami perbaikan maksimal.
  2. Pembengkakan pada tiga sendi atau lebih.
  3. Pembengkakan sendi pangkal jari-jari tangan, sendi buku-buku jari tangan bagian atas, atau pergelangan tangan.
  4. Pembengkakan sendi harus simetris mengenai sisi kanan dan kiri.
  5. Benjolan di bawah kulit (nodul subkutan).
  6. Tes faktor rematik yang positif di dalam darah.
  7. Erosi dan/atau pengeroposan tulang di sekitar sendi-sendi jari-jari dan/atau pergelangan tangan.

Untuk memastikan diagnosis penyakit rematik harus ditemukan 4 dari 7 kriteria tersebut pada seseorang dan kriteria nomer 1-4 harus telah berlangsung paling sedikit selama 6 minggu.

Untuk menetapkan diagnosis penyakit rematik, selain pemeriksaan fisik terhadap sendi yang meradang, juga perlu dilakukan pemeriksaan foto Rontgen dan pemeriksaan darah. Tujuan pemeriksaan darah adalah untuk menemukan suatu jenis antibodi yang disebut faktor rematik. Perlu diketahui bahwa tidak semua penderita penyakit rematik memiliki antibodi tersebut, sebaliknya tidak semua orang yang mempunyai antibodi faktor rematik di dalam darahnya pasti menderita penyakit rematik, karena ada beberapa penyakit lain yang juga menyebabkan terbentuknya antibodi tersebut di dalam darah.

Menyimak ketatnya kritera di atas, dapat dikatakan bahwa tidaklah gampang menetapkan diagnosis penyakit rematik pada seorang penderita. Oleh karena itu, kebiasaan (yang keliru) dari sebagian  masyarakat awam (dan bahkan beberapa dokter) yang dengan mudah menghubungkan keluhan nyeri sendi dengan penyakit rematik merupakan keadaan yang merugikan karena dapat berakibat salah diagnosis dan salah pengobatan terhadap keluhan nyeri sendi yang sebenarnya sama sekali tidak disebabkan oleh penyakit rematik.

Pencegahan


Penyakit yang tidak diketahui penyebabnya secara pasti (seperti halnya penyakit rematik) tidak dapat dicegah. Pencegahan hanya bersifat sekunder, yaitu mencegah kambuhnya penyakit rematik yang sudah dapat dikendalikan. Bentuk pencegahan tersebut dapat dilakukan dengan menjaga kebugaran tubuh, mempertahankan berat badan yang ideal, mengurangi stres psikologis dan segera mendapatkan pengobatan secara tepat apabila menderita penyakit rematik sehingga kerusakan sendi yang berat dapat dihindari.

Pengotabatan

TIDAK ada pengobatan yang dapat menyembuhkan penyakit rematik secara tuntas. Jenis yang tersedia saat ini hanya dapat mengurangi atau menghilangkan proses peradangan pada selaput sinovium kapsul pembungkus sendi, tetapi penyebab dasar penyakit rematik, yaitu adanya antibodi yang salah sasaran menyerang lapisan sinovium, tidak dapat dihilangkan. Dengan demikian, pengobatan penyakit rematik hanya mampu mengendalikan dan memberikan “kesembuhan sementara” karena sifat alami penyakit rematik adalah “sembuh” dan kambuh kembali secara bergantian.

Tujuan pengobatan pada penyakit rematik adalah meredakan peradangan sendi sehingga mengurangi/menghilangkan rasa sakit, mencegah kerusakan sendi akibat peradangan yang berlangsung kronis, serta mempertahankan fungi normal fisik dan kehidupan sosial penderita. Pengobatan dapat berupa:


Terapi Non-obat


Peradangan sendi dapat dikurangi dengan mengistirahatkan bagian sendi yang terserang penyakit rematik. Menurunkan berat badan, memakai bidai atau deker sendi dan menggunakan alat bantu jalan sangat bermanfaat mengurangi peradangan dan nyeri khususnya bagi yang menderita penyakit di daerah anggota gerak bawah.

Aktivitas fisik yang berat harus dihindari selama terjadi serangan yang berat. Senam peregangan dan renang bermanfaat mempertahankan kelenturan dan mencegah kekakuan sendi. Kompres dingin dan hangat sama-sama bermanfaat untuk mengurangi peradangan dan nyeri sendi akibat rematik.
Ditulis oleh : Dr. Bambang Kisworo, SpOT,
Spesialis Orthopaedi & Traumatologi, Rumah Sakit Panti Rapih, Yogyakarta


Tidak ada komentar:

Posting Komentar